Belajar Naik Motor dengan Yamaha RX 100
Brosis, kali ini saya mau sedikit cerita tentang pengalaman belajar naik motor dengan motor batangan yakni Yamaha RX 100 warna merah. Saat itu saya masih SMP kelas 3 kebetulan sudah akan tamat SMP dan akan melanjutkan sekolah keluar Kecamatan dan jaraknya lumayan jauh yakni sekitar 12 km. Waktu itu Bapak saya cuma satu motor saja yakni Yamaha RX 100, motor yang dipakai kerja juga buat keluarga, maklum dulu masih belum ada banyak motor seperti sekarang ini, jadi satu motor untuk semuanya.
Selama belajar naik motor pakai motor kopling ini saya rasa tidak ada kendala yang berarti karena satu hal sudah saya pahami waktu itu adalah cara kerja kopling, gigi dan gas. Jadi begini pertama saya diberikan penjelasan dahulu bahwa kerja kopling dan gas itu harus kompak setelah perseneleng satu dimasukkan. Artinya jika gigi satu sudah masuk, supaya motor bisa berjalan maka gas harus ditarik perlahan dan kopling juga harus dilepaskan perlahan dan jika kombinasi keduanya sudah pas maka motor pun bisa jalan tanpa tersendat-sendat dan bahkan mesin bisa mati jika gas terlalu lemah dan kopling terlalu cepat dilepaskan sepenuhnya. Atau sebaliknya jika gas terlalu kencang namun kopling sama sekali tidak dilepaskan maka motor juga tidak akan mau jalan.
Berbekal teori yang diberikan oleh Bapak saya maka saya pun beranikan diri untuk mencoba naik motor Yamaha RX 100 yang mesinnya masih 2 tak itu. Setelah beberapa kali belajar di jalanan desa yang masih sepi akhirnya saya bisa naik motor batangan namun belum berani ke jalan raya. Kebetulan Bapak saya sering ke kota untuk berbelanja barang dagangan, kadang saya ikut ke kota dan pulangnya kadang saya disuruh bawa motornya, namun di luar kota supaya kendaraan tidak terlalu ramai.
Setelah beberapa kali belajar naik motor di jalan raya akhirnya saya pun mulai tahu cara berkendara di jalan raya yang banyak ada kendaraan lalu lalang dan setelah itu saya pun dinyatakan lulus oleh Bapak saya untuk bisa berkendara sendiri di jalan raya. Setelah akan masuk SMA akhirnya Bapak saya membeli satu motor baru yakni Honda Supra yang belum pakai cakram karena pada waktu itu belum ada Honda Supra yang pakai cakram, semuanya pakai rem tromol/drum.
Yamaha RX 100 punya Bapak saya sama persis seperti pada gambar di atas, namun ada yang beda adalah fender depan sudah tidak seperti di atas, punya Bapak saya waktu itu pakai sayap depan terbuat dari plastik. Juga kaca spionnya tidak bulat dan croom seperti di atas.Sedangkan untuk yang lainnya mulai dari lampu rem, lampu sein, lampu depan, cakram depan, speedometer, jok dan seingat saya ada sabuk jok yang bertulis Camel, Shock breaker, knalpot dan lain-lain sama persis dengan gambar di atas.
Sebelum punya motor Yamaha RX 100 itu, Bapak saya dulu pernah punya sepeda motor Honda Astrea 800 namun entah kenapa di jual dan diganti dengan Yamaha RX 100 ini. Saya masih ingat sekali Honda Astrea 800 itu dijual dengan harga Rp 1.800.000,- Nah itulah cerita singkat saya belajar naik motor dengan Yamaha RX 100, apakah ada yang punya kenangan yang sama dengan saya?
Selama belajar naik motor pakai motor kopling ini saya rasa tidak ada kendala yang berarti karena satu hal sudah saya pahami waktu itu adalah cara kerja kopling, gigi dan gas. Jadi begini pertama saya diberikan penjelasan dahulu bahwa kerja kopling dan gas itu harus kompak setelah perseneleng satu dimasukkan. Artinya jika gigi satu sudah masuk, supaya motor bisa berjalan maka gas harus ditarik perlahan dan kopling juga harus dilepaskan perlahan dan jika kombinasi keduanya sudah pas maka motor pun bisa jalan tanpa tersendat-sendat dan bahkan mesin bisa mati jika gas terlalu lemah dan kopling terlalu cepat dilepaskan sepenuhnya. Atau sebaliknya jika gas terlalu kencang namun kopling sama sekali tidak dilepaskan maka motor juga tidak akan mau jalan.
Berbekal teori yang diberikan oleh Bapak saya maka saya pun beranikan diri untuk mencoba naik motor Yamaha RX 100 yang mesinnya masih 2 tak itu. Setelah beberapa kali belajar di jalanan desa yang masih sepi akhirnya saya bisa naik motor batangan namun belum berani ke jalan raya. Kebetulan Bapak saya sering ke kota untuk berbelanja barang dagangan, kadang saya ikut ke kota dan pulangnya kadang saya disuruh bawa motornya, namun di luar kota supaya kendaraan tidak terlalu ramai.
Setelah beberapa kali belajar naik motor di jalan raya akhirnya saya pun mulai tahu cara berkendara di jalan raya yang banyak ada kendaraan lalu lalang dan setelah itu saya pun dinyatakan lulus oleh Bapak saya untuk bisa berkendara sendiri di jalan raya. Setelah akan masuk SMA akhirnya Bapak saya membeli satu motor baru yakni Honda Supra yang belum pakai cakram karena pada waktu itu belum ada Honda Supra yang pakai cakram, semuanya pakai rem tromol/drum.
Yamaha RX 100 punya Bapak saya sama persis seperti pada gambar di atas, namun ada yang beda adalah fender depan sudah tidak seperti di atas, punya Bapak saya waktu itu pakai sayap depan terbuat dari plastik. Juga kaca spionnya tidak bulat dan croom seperti di atas.Sedangkan untuk yang lainnya mulai dari lampu rem, lampu sein, lampu depan, cakram depan, speedometer, jok dan seingat saya ada sabuk jok yang bertulis Camel, Shock breaker, knalpot dan lain-lain sama persis dengan gambar di atas.
Sebelum punya motor Yamaha RX 100 itu, Bapak saya dulu pernah punya sepeda motor Honda Astrea 800 namun entah kenapa di jual dan diganti dengan Yamaha RX 100 ini. Saya masih ingat sekali Honda Astrea 800 itu dijual dengan harga Rp 1.800.000,- Nah itulah cerita singkat saya belajar naik motor dengan Yamaha RX 100, apakah ada yang punya kenangan yang sama dengan saya?
Posting Komentar untuk "Belajar Naik Motor dengan Yamaha RX 100"
Silakan berikan komentar Anda dengan baik, silakan gunakan Bahasa Indonesia dengan baik supaya mudah dibaca oleh pengunjung lain, Jangan ada Spam dan link aktif. Terimakasih