Makna Sangggah Penunggun Karang di Pekarangan Rumah
Om Swastiastu, semeton Hindu Dharma semuanya dimanapun berada semoga selalu dalam lindungan Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Kali ini saya kembali untuk mencoba menulis tentang Hindu yang saya ambil dari berbagai sumber di internet. Kali ini kita membahas yang dekat saja dan tidak jauh dari tempat tinggal dan pasti setiap hari kita melihatnya. Hampir semua rumah berisi sanggah ini yakni sanggah Penunggun Karang yang letaknya biasanya paling di depan pada bagian rumah atau dekat dengan pintu gerbang atau pintu keluar masuk pekarangan rumah.
Dari segi namanya sepertinya sudah bisa kita sedikit pahami apa itu Sanggah Penunggun Karang. Penunggun berarti Penunggu atau pelindung sedangkan Karang adalah pekarangan dan biasanya identik dengan pekarangan rumah. Penunggun Karang atau juga disebut sebagai Palinggih Pangijeng, merupakan salah satu tempat suci pekarangan rumah yang berfungsi sebagai sedahan penjaga karang atau palemahan beserta penghuninya agar senantiasa berada dalam lindunganNya, tentram, rahayu sekala niskala. Penunggun Karang dalam Sastra Dresta disebut Sedahan Karang (di perumahan) untuk membedakan dengan Sedahan Sawah (di sawah) dan Sedahan Abian (di kebun/ tegalan/ abian).
Dalam lontar Kala Tattwa disebutkan bahwa Ida Bathara Kala bermanifestasi dalam bentuk Sedahan Karang / Sawah / Abian dengan tugas sebagai Pecalang, sama seperti manifestasi beliau di Sanggah Pamerajan atau Pura dengan sebutan Pangerurah, Pengapit Lawang atau Patih.
Di alam madyapada, bumi tidak hanya dihuni oleh mahluk-mahluk yang kasat mata, tetapi juga oleh mahluk-mahluk yang tidak kasat mata, atau roh. Roh-roh yang gentayangan misalnya roh jasad manusia yang lama tidak di-aben, atau mati tidak wajar misalnya tertimbun belabur agung (abad ke 18) akan mencari tempat tinggal dan saling berebutan. Oleh sebab itu untuk melindungi diri dari gangguan roh-roh gentayangan, umat Hindu baik yang ada di Bali maupun yang ada di luar Bali membangun Pelinggih Sedahan atau sering disebut dengan Penunggun Karang.
Dalam kehidupan umat Hindu yang sudah ada selama ini, Penunggun Karang dapat ditempatkan dimana saja asal pada posisi “teben” jika yang dianggap “hulu” adalah Sanggah Kemulan. Karena fungsi Penunggun Karang sebagai Pecalang, maka alangkah baiknya Penunggun Karang dibangun berada dekat pintu gerbang rumah. Jika tidak memungkinkan boleh didirikan di tempat lain asal memenuhi aspek kesucian.
Nah untuk itu supaya lebih jelas, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, bangunan Palinggih Sedahan harus memenuhi syarat:
Persyaratan ini ditulis dalam Lontar Widhi Papincatan dan Lontar Dewa Tattwa. Jika palinggih sedahan tidak memenuhi syarat itu, yang melinggih bukan Bhatara Kala, tetapi roh-roh gentayangan itu antara lain Sang Butacuil.
Jika melaspas atau ngelinggihan membutuhkan kepekaan dari seorang pinandita / pandita untuk tahu siapa yang menjadi penguasa tempat itu. Semua penguasa alam seperti Hyang Bahu Rekso, diketuai oleh Deva Ganesha, jadi Hyang Bahu Rekso dikelompokkan ke dalam GANA BHALA (pasukan Gana), Jadi kalau di rumah menstanakan Ganesha itu sangat baik karena Ganesha meiliki multifungsi diantaranya adalah:
Sebagai VIGHNASVARA:
Penghalau segala rintangan (OM VAKTRA TUNDA MAHA KAYA SURYA KOTI SAMAPRABHA NIRVIGHNA KURUME DEVA SARVA KARYESU SARVADAM). makanya para Balian memuja Beliau agar dapat menghilangkan penyakit. Sebagai SIDDHI DATA: sebagai pemberi kesuksesan, (SARVA KARYESU SARVADAM).
Sebagai VINAYAKA:
Lambang kecerdasan (intelek), makanya dijadikan simbol pengetahuan, dan baik untuk anak-anak.
Sebagai BUDHIPRADAYAKA:
Memantapkan kebijaksanaan setiap Vaidika Dharma (pencari kebenaran),
Sebagai LAMBODARA:
Sumber kemakmuran. Akan lebih baik kalu di Penunggu Karang dilinggihkan Arca Ganesha (devanya para Bahu Rekso), daripada tidak tahu siap yang distanakan.
Penunggun Karang dalam Lontar Asta Kosala Kosali dan Asta Bhumi
Dalam perhitungan dasar Asta Bhumi, pekarangan rumah biasanya dibagi menjadi sembilan, yakni dari sisi kiri ke kanan; nista, madya dan utama serta dari sisi atas ke bawah; nista, madya dan utama. Sehingga terdapat 9 bayangan kotak pembagian pekarangan rumah. adapun pembagian posisi tersebut antara lain:
Dari segi namanya sepertinya sudah bisa kita sedikit pahami apa itu Sanggah Penunggun Karang. Penunggun berarti Penunggu atau pelindung sedangkan Karang adalah pekarangan dan biasanya identik dengan pekarangan rumah. Penunggun Karang atau juga disebut sebagai Palinggih Pangijeng, merupakan salah satu tempat suci pekarangan rumah yang berfungsi sebagai sedahan penjaga karang atau palemahan beserta penghuninya agar senantiasa berada dalam lindunganNya, tentram, rahayu sekala niskala. Penunggun Karang dalam Sastra Dresta disebut Sedahan Karang (di perumahan) untuk membedakan dengan Sedahan Sawah (di sawah) dan Sedahan Abian (di kebun/ tegalan/ abian).
Dalam lontar Kala Tattwa disebutkan bahwa Ida Bathara Kala bermanifestasi dalam bentuk Sedahan Karang / Sawah / Abian dengan tugas sebagai Pecalang, sama seperti manifestasi beliau di Sanggah Pamerajan atau Pura dengan sebutan Pangerurah, Pengapit Lawang atau Patih.
Di alam madyapada, bumi tidak hanya dihuni oleh mahluk-mahluk yang kasat mata, tetapi juga oleh mahluk-mahluk yang tidak kasat mata, atau roh. Roh-roh yang gentayangan misalnya roh jasad manusia yang lama tidak di-aben, atau mati tidak wajar misalnya tertimbun belabur agung (abad ke 18) akan mencari tempat tinggal dan saling berebutan. Oleh sebab itu untuk melindungi diri dari gangguan roh-roh gentayangan, umat Hindu baik yang ada di Bali maupun yang ada di luar Bali membangun Pelinggih Sedahan atau sering disebut dengan Penunggun Karang.
Dalam kehidupan umat Hindu yang sudah ada selama ini, Penunggun Karang dapat ditempatkan dimana saja asal pada posisi “teben” jika yang dianggap “hulu” adalah Sanggah Kemulan. Karena fungsi Penunggun Karang sebagai Pecalang, maka alangkah baiknya Penunggun Karang dibangun berada dekat pintu gerbang rumah. Jika tidak memungkinkan boleh didirikan di tempat lain asal memenuhi aspek kesucian.
Nah untuk itu supaya lebih jelas, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, bangunan Palinggih Sedahan harus memenuhi syarat:
- Pondamennya batu dasar terdiri dari dua buah bata merah masing-masing merajah “Angkara” dan “Ongkara”
- Sebuah batu bulitan merajah “Ang-Mang-Ung”; berisi akah berupa tiga buah batu: merah merajah “Ang”, putih merajah “Mang”,dan hitam merajah “Ung” dibungkus kain putih merajah Ang-Ung-Mang
- Di madia berisi pedagingan: panca datu, perabot tukang, jarum, harum-haruman, buah pala, dan kwangen dengan uang 200, ditaruh di kendi kecil dibungkus kain merajah Padma dengan panca aksara diikat benang tridatu
- Di pucak berisi bagia, orti, palakerti, serta bungbung buluh yang berisi tirta wangsuhpada Pura Kahyangan Tiga.
Persyaratan ini ditulis dalam Lontar Widhi Papincatan dan Lontar Dewa Tattwa. Jika palinggih sedahan tidak memenuhi syarat itu, yang melinggih bukan Bhatara Kala, tetapi roh-roh gentayangan itu antara lain Sang Butacuil.
Jika melaspas atau ngelinggihan membutuhkan kepekaan dari seorang pinandita / pandita untuk tahu siapa yang menjadi penguasa tempat itu. Semua penguasa alam seperti Hyang Bahu Rekso, diketuai oleh Deva Ganesha, jadi Hyang Bahu Rekso dikelompokkan ke dalam GANA BHALA (pasukan Gana), Jadi kalau di rumah menstanakan Ganesha itu sangat baik karena Ganesha meiliki multifungsi diantaranya adalah:
Sebagai VIGHNASVARA:
Penghalau segala rintangan (OM VAKTRA TUNDA MAHA KAYA SURYA KOTI SAMAPRABHA NIRVIGHNA KURUME DEVA SARVA KARYESU SARVADAM). makanya para Balian memuja Beliau agar dapat menghilangkan penyakit. Sebagai SIDDHI DATA: sebagai pemberi kesuksesan, (SARVA KARYESU SARVADAM).
Sebagai VINAYAKA:
Lambang kecerdasan (intelek), makanya dijadikan simbol pengetahuan, dan baik untuk anak-anak.
Sebagai BUDHIPRADAYAKA:
Memantapkan kebijaksanaan setiap Vaidika Dharma (pencari kebenaran),
Sebagai LAMBODARA:
Sumber kemakmuran. Akan lebih baik kalu di Penunggu Karang dilinggihkan Arca Ganesha (devanya para Bahu Rekso), daripada tidak tahu siap yang distanakan.
Penunggun Karang dalam Lontar Asta Kosala Kosali dan Asta Bhumi
Dalam perhitungan dasar Asta Bhumi, pekarangan rumah biasanya dibagi menjadi sembilan, yakni dari sisi kiri ke kanan; nista, madya dan utama serta dari sisi atas ke bawah; nista, madya dan utama. Sehingga terdapat 9 bayangan kotak pembagian pekarangan rumah. adapun pembagian posisi tersebut antara lain:
- Posisi utamaning utama adalah tempat “Sanggah Pemerajan”
- Posisi madyaning utama adalah tempat “Bale Dangin”
- Posisi nistaning utama adalah tempat “Lumbung atau klumpu”
- Posisi madyaing utama adalah tempat “Bale Daje atau gedong”
- Posisi madyaning madya adalah tempat “halaman rumah”
- Posisi nistaning madya adalah tempat “dapur atau paon / pasucian”
- Posisi nistaning Utama adalah tempat “Sedahan Karang“
- Posisi nistaning Madya adalah tempat “bale dauh, tempat tidur”
- Posisi nistaning Nista adalah tempat “cucian, kamar mandi dll” biasanya digunakan tempat garase sekaligus “angkul- angkul” gerbang rumah.
- Untuk pekarangan yang luas ( sikut satak ), melebihi 4 are atau sudah masuk perhitungan “sikut satak”, posisi Sedahan Karang dihitung dengan: dari utara menuju Kala ( 7 tapak ) dan dari sisi barat menuju Yama ( 4 tampak ).adapun alasannya adalah:sesuai dengan fungsi Sedahan karang yaitu sebagai pelindung dan penegak kebenaran yang merupakan dibawah naungan dewa Yama dipati (hakim Agung raja Neraka), serta tetap sebagai penguasa waktu dan semua kekuatan alam yang merupakan dibawah naungan Dewa kala. ini dimaksudkan agar Sedahan Karang berfungsi maksimal sesuai dengan yang telah diterangkan diatas tadi.
- Untuk pekarangan sempit yaitu pekarangan yang kurang dari 4 are seperti BTN, posisi Sedahan Karang dihitung dengan: dari utara dan barat cukup menuju Sri atau 1 tampak saja. dengan maksud agar bangunan tersebut tetap berguna walau tempatnya cukup sempit, tapi dari segi fungsi tetap sama.
Biasanya kalau Penunggun Karang ini identik dengan warna Poleng (hitam putih), dimana ketika Penunggun Karang dihias saat hari Raya atau hari biasa maka Penunggun Karang dihias dengan Kain warna hitam dan saput poleng dan juga ada beberapa yang berisi Tedung atau Payung warna poleng juga. Nah itulah sedikit penjelasan tentang makna Sanggah Penunggun Karang yang berada disetiap rumah umat Hindu baik yang ada di Bali maupun yang berada di luar Bali. Jika ada yang kurang tepat mohon koreksinya untuk perbaikan tulisan ini menjadi lebih tepat dan semoga bermanfaat, Om Santhi, Santhi Santhi Om
Posting Komentar untuk "Makna Sangggah Penunggun Karang di Pekarangan Rumah"
Silakan berikan komentar Anda dengan baik, silakan gunakan Bahasa Indonesia dengan baik supaya mudah dibaca oleh pengunjung lain, Jangan ada Spam dan link aktif. Terimakasih